Gizi lebih merupakan ketidakseimbangan asupan yang dikonsumsi karena asupan makan yang masuk lebih besar dibandingkan asupan makan yang keluar. Gizi lebih mengakibatkan terjadinya kenaikan jumlah kalori dan terjadi penumpukan lemak di jaringan adiposa serta menyebabkan kelebihan berat badan (Sugondo, 2007). Penyebab gizi lebih antara lain pola hidup yang tidak baik, kebiasaan makan yang tidak tepat, dan stress. Gizi lebih yang berkelanjutan dan tidak segera diatasi akan mengakibatkan terjadinya obesitas (Hendra, Fona and Aaltje E, 2016).
Upaya penurunan berat badan dapat dilakukan latihan fisik dengan intensitas ringan dengan durasi 30 menit dan rutin dapat membakar lemak dalam tubuh sebesar 64,9 Kkal (Kamal et al., 2013). Pembakaran lemak yang terjadi saat latihan fisik disebabkan akibat peningkatan metabolisme basal, peningkatan lipolisis, peningkatan massa otot serta peningkatan produksi panas sehingga menyebabkan pengeluaran keringat dan penurunan berat badan (Deliens et al., 2015). Durasi latihan fisik yang efektif dalam proses penurunan berat badan selama 30 menit/minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu (Jakicic et al., 2011). Menurut Dewantari (2018) penerapan latihan fisik berupa senam aerobic dapat menurunkan berat badan. Latihan fisik berupa senam aerobic selama 3 – 5 kali seminggu dengan durasi waktu 20 – 30 menit dapat menurunkan berat badan secara signifikan.
Berdasarkan kajian tersebut maka perlu dilakukan kajian literatur tentang ”Pengaruh Latihan Fisik terhadap Penurunan Berat Badan Kelompok Usia Dewasa dengan Status Gizi Lebih”.
American College of Sports Medicine merekomendasikan melakukan latihan fisik sedang sampai berat minimal 250 menit/ minggu bagi orang yang ingin menurunkan berat badan dan lemak tubuh (Durstine et al., 2013). (WHO, 2010) merekomendasikan orang dewasa usia 18—50 tahun melakukan latihan fisik aerobik dengan intensitas sedang minimum 150 menit per minggu atau latihan fisik aerobik dengan intensitas berat minimum 75 menit per minggu untuk meningkatkan kesehatan kardiorespiratori, otot, dan tulang serta menurunkan risiko penyakit tidak menular. Metabolisme basal adalah banyaknya energi yang dipakai untuk aktifitas jaringan tubuh sewaktu istirahat.
Metabolisme basal seseorang dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yaitu jenis kelamin, usia, ukuran dan komposisi tubuh serta faktor pertumbuhan. Metabolisme basal seseorang dalam satu hari dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut 1 kalori/kgBB/jam. Dalam kondisi istirahat sumber energi 2/3 diperoleh dari lemak dan 1/3 dari karbohidrat (glikogen dan glukosa). Selama kondisi istirahat tubuh manusia yang sehat berada dihomostesis dan oleh karena itu kebutuhan energi tubuh juga konstan saat istirahat, hampir 100% energi (ATP) yang dibutuhkan untuk menopang fungsi tubuh dihasilkan oleh metabolisme aerobik (Deliens et al.,2015).
Pembakaran lemak dalam tubuh melalui latihan fisik membantu proses penurunan berat badan, namun jika ada penambahan pengaturan diet akan lebih memaksimalkan penurunan berat badan, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewantari (2017), bahwa dengan adanya pengaruh penurunan berat badan melalui pengaturan komposisi diet (diet rendah lemak dan diet rendah karbohidrat) dan senam aerobik (Dewantari and Ambartana, 2017). Pengaturan diet tidak hanya berupa diet rendah lemak dan rendah karbohidrat, ada juga diet REST sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih (2018) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh diet REST dan latihan fisik senam kreasi (tari Sasak) terhadap penurunan berat badan (Wahyuningsih, Candri and Faridha, 2018).
Jika di tarik kesimpulan , apapun jenis diet penurunan berat badan yang kita gunakan sebaik nya harus di imbangi dengan olahraga atau aktifitas fisik karena dengan olahraga maka akan meningkatkan Metabolisme Basal, Lipolisis, Massa otot dan Produksi panas.
Komentar Anda